PAKAN IKAN BERBAHAN MAGGOT BSF UNTUK IKAN LELE DAN LAINNYA

ADAKAH PAKAN ALTERNATIF LELE SELAIN PELET?

media budidaya maggot
Larva Black Soldier Fly

Akhir akhir ini ramai dibicarakan di dunia maya  tentang keberadaan larva atau maggot lalat Black Soldier Fly (BSF), Hermetia ilucens.  Maggot bsf ini bisa dipergunakan sebagai pakan alternatif lele dan ikan yang lainnya (Nila, Gabus dll), serta di peternakan unggas (Ayam, Bebek).

Larva atau maggot black soldier fly (BSF) ini dipilih karena mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi, sekitar 45%, dan juga lemak sekitar 30%.   Selain hal tersebut, yang menjadikan maggot BSF menjadi pilihan menarik sebagai pengganti sebagian atau bahkan seluruhnya pakan ternak adalah karena maggot BSF ini bisa dihasilkan dengan cara yang mudah.  Sehingga bisa mengurangi biaya produksi ternak secara signifikan ditengah kecenderungan harga pakan ternak pabrikan yang selalu naik harganya.  Banyak sekali video tutorial yang menjelaskan tentang budidaya maggot serta pelatihan maggot bsf.

Pada awalnya, keberadaan maggot BSF ini dikenal sebagai agen bio-konversi sebagai pengolah sampah organik.  Larva BSF mampu mengolah sampah organik dalam jumlah banyak dengan waktu yang relative singkat.

 

PEMBUATAN PAKAN PENGGANTI CACING SUTRA

153Farm sebagai pembenih ikan juga sedang melakukan uji coba pembuatan pakan larva ikan (lele, patin dan gabus) sebagai pengganti cacing sutra.   Keberadaan cacing sutra memang cukup penting bagi para pembenih ikan karena ukurannya yang kecil sangat cocok sebagai pakan larva yang baru berumur beberapa hari.   Selain itu juga untuk mengantisipasi harga pelet ikan yang cenderung selalu naik.

Cacing sutra
Cacing sutra

Cacing sutra sendiri memang mengandung nilai gizi yang bagus untuk larva ikan, tetapi karena kebanyakan diambil dari alam dan berasal dari tempat tempat yang kurang bersih, dikhawatirkan cacing sutra membawa bakteri pathogen yang berbahaya bagi kehidupan larva ikan.

Ada beberapa cara penanganan yang harus dilakukan sebelum cacing sutra diberikan sebagai pakan ikan.  Salah satunya direndam didalam larutan Methyline Blue,  atau ditempatkan pada wadah yang dialiri aliran air selama 24 jam sampai hilang baunya.

Ada masa dimana cacing sutra sulit didapat di alam yakni pada saat musim hujan.   Sungai kecil atau saluran air yang biasa menjadi habitat cacing sutra akan terhempas aliran air saat hujan tiba dan menghanyutkan cacing sutra.

Kondisi yang demikian ini membuat 153Farm tergerak untuk melakukan uji coba pembuatan pakan larva ikan sebagai pengganti cacing sutra pada saat cacing sutra sulit didapatkan.   Penggunaan pakan buatan ini juga sangat memungkinkan untuk bisa disimpan lama di lemari pendingin.

Untuk membuat biaya produksi serendah mungkin, 153Farm menggunakan maggot lalat tentara hitam (BSF) sebagai pengganti tepung ikan yang semakin hari semakin mahal dan sulit didapatkan.  Selain penggunaan maggot BSF, diperlukan juga bahan bahan lain sehingga terbentuk pakan larva ikan berupa pasta yang mudah dimakan oleh larva ikan.

Pertimbangan penggunaan larva BSF sebagai pengganti tepung ikan didasarkan kepada tingginya nilai gizi larva BSF tersebut.  Selain protein dan lemak yang tinggi, larva BSF juga mengandung asam amino essensial yang sangat dibutuhkan larva ikan untuk tumbuh.  Kelebihan lain dari larva BSf adalah selain protein, lemak dan asam amino tersebut, juga mengandung asam lauric serta AGP alami (Natural Antibiotic Growth Promoter).

Seperti diketahui bersama bahwa sejalan dengan kebijakan WHO untuk mengurangi penggunaan berlebih antibiotik pada peternakan dan perikanan, pasal 22 ayat 4 huruf c Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014, menyebutkan bahwa melarang penggunaan pakan yang dicampur hormon tertentu dan/atau antibiotik imbuhan pakan.

Alasan utama pelarangan AGP adalah karena sudah tingginya kejadian resistensi bakteri terhadap banyak jenis antibiotik, bahkan antibiotik yang dipersiapkan untuk menangani kasus bakteri multi-resisten.  Di Eropa sendiri tertanggal 1 januari 2006 telah melarang semua jenis antibiotik yang ditujukan sebagai Growth Promoter, baik yang digunakan di manusia ataupun tidak.

Dengan adanya kandungan AGP alami dalam bahan pakan ikan ini, tentu saja akan membuat benih ikan menjadi lebih sehat dan kuat serta bisa mengurangi tingkat mortalitasnya.  Selain untuk ikan lele dan lainnya, maggot bsf juga sangat bagus untuk ternak unggas seperti ayam dan bebek.  Video tentang bagaimana ayam bangkok sangat suka makan maggot bsf bisa dilihat di LINK berikut ini.

Untuk sementara, larva ikan lele serta ikan gabus yang diberikan pasta pakan pengganti cacing sutra ini makan dengan lahap dan tampak sehat serta lincah.  Untuk larva ikan gabus yang diuji coba, ukuran panjangnya lebih kurang 2 cm dan sudah berumur 3 minggu.  Sebelumnya larva ikan gabus sudah diberi cacing sutra dan akan diberikan pasta produksi 153Farm sampai ukuran 5-7 cm.

Larva Ikan Gabus
Larva Ikan Gabus

153Farm berharap uji coba ini berjalan lancar sehingga bisa dipergunakan sebagai pakan ikan gabus bagi peternak gabus,  yang minyaknya sangat dibutuhkan oleh penderita penyakit kronis yang membutuhkan asupan albumin ikan gabus untuk memperbaiki kondisi kesehatannya.

Semoga…

Memilih Benih Lele Yang Baik

Mengenali dan memilih benih ikan lele yang berkualitas merupakan langkah awal yang baik saat memulai pembesaran lele sangkuriang.  Bagaimana pun teknik yang digunakan, pakan yang diberikan, kolam yang disediakan, tidak akan menghasilkan hasil yang maksimal jika bibit/benih yang digunakan kurang memenuhi syarat.  Saat memilih benih lele,  pilihlah benih yang memiliki pergerakan yang lincah, lele dapat berenang dengan aktif dan sangat responsive, artinya bila dikagetkan segera masuk kedalam air.

Selain itu benih harus mampu bergerak melawan arus yang lembut, caranya adalah dengan memiringkan wadah bibit ikan lele secara perlahan, jika secara umum atau sebahagian besar bibit bergerak melawan arus yang tercipta maka dapat disimpulkan bahwa bibit tersebut dalam keadaan baik.  Sebaliknya jika sebagian besar bibit ikan lele langsung terbawa arus maka sebaiknya bibit ini jangan dibeli.

Kondisi kulit dan tubuh benih harus sempurna dan tidak boleh ada cacat. Semakin sempurna bagian-bagian tubuh bibit lele maka semakin baik. Jangan membeli bibit lele sangkuriang yang cacat atau ada bagian dari tubuh yang tidak sempurna karena akan menjadi masalah dikemudian hari.

Berikut beberapa tips yang bisa berguna saat memlih benih lele :

  • Kesehatan (Amati  Fisik dan Gerakannya)

Benih lele yang berkualitas memiliki ukuran tubuh yang proporsional (ukuran kepala dan tubuh seimbang), tidak cacat, tidak luka, sungut tidak pucat dan warna tubuh cerah dan mengkilap. Selain itu ciri benih lele yang sehat adalah gerakan aktif, lincah, tidak menggantung serta tidak bergerombol di pojok kolam.

  • Ukurannya Seragam

Ukuran benih lele yang tidak seragam akan mengakibatkan pertumbuhan lele menjadi tidak serempak. Ikan lele bersifat kanibal, jika lapar maka ikan lele yang berukuran besar akan memangsa lele lain yang ukurannya lebih kecil.  Pilihlah anakan lele yang berukuran 7-8 cm atau lebih supaya tingkat keberhasilannya semakin tinggi.

  • Riwayat Induk/ Keturunan.

Berasal dari induk yang unggul. Bukan hasil pemijahan (perkawinan) dengan tingkat kekerabatan yang dekat (inbreeding).

  • Riwayat Penyakit

Ikan pernah sakit atau tidak? Jika benih lele pernah sakit tanyakan bagaimana kronologis dan cara penanganannya.  Apakah menggunakan antibiotik, vitamin, atau probiotik, atau bahkan perlakuan teknis saja. Tidak disarankan menggunakan antibiotik dengan dosis berlebihan karena penyakit/bakteri akan bersifat kebal      sehingga  memerlukan  dosis  yang  lebih  tinggi.

Perlu diingat bahwa selain memilih benih lele yang berkualitas, kondisi air kolam tempat pembesaran anakan lele merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan.  Manajemen kualitas air yang baik sangat menunjang tingkat keberhasilan budidaya lele ini.

Lele Sangkuriang

Ikan-ikan marga Clarias dikenali dari tubuhnya yang licin memanjang tak bersisik, dengan sirip punggung dan sirip anus yang juga panjang, yang kadang-kadang menyatu dengan sirip ekor, menjadikannya nampak seperti sidat yang pendek.  Kepalanya keras menulang di bagian atas, dengan mata yang kecil dan mulut lebar yang terletak di ujung moncong, dilengkapi dengan empat pasang sungut peraba (barbels) yang amat berguna untuk bergerak di air yang gelap.  Lele juga memiliki alat pernapasan tambahan berupa modifikasi dari busur insangnya. Terdapat sepasang patil, yakni duri tulang yang tajam, pada sirip-sirip dadanya.  Ada yang mengatakan bahwa patil ini tidak hanya tajam tetapi juga beracun dan mengakibatkan panas tinggi jika orang tak sengaja terkena patil tersebut.

Lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin, kecuali lele laut yang tergolong ke dalam marga dan suku yang berbeda (Ariidae).  Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air.  Bahkan ikan lele bisa hidup pada air yang tercemar, misalkan di got-got dan selokan pembuangan.

Ikan lele bersifat nokturnal, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari.  Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap.  Di alam, ikan lele memijah pada musim penghujan.  Walaupun biasanya lele lebih kecil daripada gurami umumnya, namun ada beberapa jenis lele yang bisa mencapai panjang 1-1,5 m dan beratnya bisa mencapai lebih dari 2 kg, contohnya lele Wels dari Amerika.

Banyak jenis lele yang merupakan ikan konsumsi yang disukai orang.  Sebagian jenis lele telah dibiakkan orang, namun kebanyakan spesiesnya ditangkap dari populasi liar di alam.  Lele dumbo yang populer sebagai ikan ternak, sebetulnya adalah jenis asing yang didatangkan (diintroduksi) dari Afrika.

Lele dikembangbiakkan di Indonesia untuk konsumsi dan juga untuk menjaga kualitas air yang tercemar.  Seringkali lele ditaruh di tempat-tempat yang tercemar karena bisa menghilangkan kotoran-kotoran.  Lele yang ditaruh di tempat-tempat yang kotor harus diberok terlebih dahulu sebelum siap untuk dikonsumsi. Diberok itu ialah maksudnya dipelihara pada air yang mengalir selama beberapa hari dengan maksud untuk membersihkannya.

Kadangkala lele juga ditaruh di sawah karena memakan hama-hama yang berada di sawah.  Lele sering pula ditaruh di kolam-kolam atau tempat-tempat air tergenang lainnya untuk menanggulangi tumbuhnya jentik-jentik nyamuk.

Di seluruh dunia ikan lele didapatkan dengan cara ditangkap maupun dibudidayakan.  Penilaian terhadap rasa dari daging ikan ini bervariasi, ada yang menganggapnya memiliki rasa yang luar biasa, ada yang menganggapnya tidak memiliki rasa yang kuat.   Di Eropa ikan ini dimasak dengan cara yang sama dengan ikan mas namun di Amerika Serikat ikan ini dibalut dengan tepung dan digoreng.

Ikan lele mengandung VItamin D yang cukup tinggi.  Ikan lele hasil budi daya mengandung asam lemak omega-3 yang rendah namun memiliki asam lemak omega-6 yang tinggi.

ASAL USUL LELE SANGKURIANG

Siapa yang tidak mengenal ikan lele sangkuriang? Jenis ikan lele yang diperkenalkan oleh Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi pada tahun 2004 ini dengan cepat menjadi primadona para peternak.  Namun tahukah Anda bahwa ikan lele Sangkuriang ini masih dari jenis lele dumbo?

Penurunan kualitas lele dumbo

Ikan lele dumbo pertama kali diekspor dari Taiwan pada tahun 1985.  Menurut keterangan eksportirnya, lele dumbo merupakan hasil silangan ikan lele asal Taiwan dengan nama latin Clarias Fuscus dengan ikan lele asal Afrika dengan nama latin Clarias Mozambicus.  Namun penelaahan lebih lanjut mengatakan lele dumbo lebih mirip dengan ikan lele asal Afrika dengan nama latin Clarias Gariepinus.

Terlepas dari kontroversi sepesies lele dumbo, diakui bahwa jenis ikan lele ini lebih produktif untuk dibudidayakan di Indonesia. Sehingga hampir semua peternak lele memilih membudidayakan lele dumbo ketimbang lele lokal (Clarias Batrachus) yang saat itu banyak dibudidayakan. Meski daging lele dumbo tak segurih lele lokal, tetap saja memelihara lele dumbo jauh lebih ekonomis dibanding lele lokal.

Lele dumbo bisa tumbuh jauh lebih cepat, ukurannya lebih bongsor dan lebih tahan terhadap berbagai bibit penyakit. Namun keunggulan lele dumbo semakin hari semakin pudar, karena kualitasnya terus menurun. Menurut para pakar, penurunan tersebut disebabkan karena kesalahan dalam pembenihan lele yang terjadi di masyarakat. Banyak ikan lele dumbo yang dikawinkan dengan kerabatnya sendiri (inbreeding). Hal ini memicu penurunan kualitas indukan lele dumbo. Karena pemijahan benih lele menggunakan calon indukan yang salah, lambat laun benih ikan lele dumbo yang beredar di masyarakat semakin turun kualitasnya.

Proyek ikan lele sangkuriang

Baru pada tahun 2000-an, pemerintah lewat BBPBAT melakukan penelitian untuk meningkatkan kembali kualitas lele dumbo. Dengan menggunakan metode silang balik (back cross) ternyata lele dumbo bisa diperbaiki kualitasnya. Kawin silang balik yang dilakukan BBPBAT adalah mengawinkan indukan betina generasi ke-2 atau biasa disebut F2 dari lele dumbo yang pertama kali didatangkan pada tahun 1985, dengan indukan jantan lele dumbo F6.

Perkwainannya melalui dua tahap, pertama mengawinkan indukan betina F2 dengan indukan jantan F2, sehingga dihasilkan lele dumbo jantan F2-6. Kemudian lele dumbo F2-6 jantan ini dikawinkan lagi dengan indukan F2 sehingga dihasilkan ikan lele Sangkuriang.
Proses penelitian ikan lele Sangkuriang memakan waktu yang cukup lama. Dua tahun setelah itu benih lele Sangkuriang baru diperkenalkan secara terbatas.  Pengujian dilakukan pada tahun 2002-2004 di daerah Bogor dan Yogyakarta. Baru pada tahun 2004, dikeluarkan Keputusan Menteri Kelautan tentang pelepasan varietas ikan lele Sangkuriang kepada publik.

Perbandingan yang paling mencolok antara ikan lele dumbo dengan ikan lele Sangkuriang antara lain, adalah kemampuan bertelur (fekunditas) ikan lele sangkuriang yang mencapai 40.000-60.000 per kg induk betina dibanding lele dumbo yang hanya 20.000-30.000, derajat penetasan telur dari ikan lele sangkuriang lebih dari 90% sedangkan lele dumbo lebih dari 80%.

Dilihat dari pertumbuhannya, pembesaran harian ikan lele sangkuriang bisa mencapai 3,53% sedangkan lele dumbo hanya 2,73%. Dan, konversi pakan atau Food Convertion Ratio (FCR) ikan lele sangkuriang mencapai 0,8-1 sementara lele dumbo lebih besar sama dengan 1.  FCR merupakan nisbah antara berat pakan yang diberikan dengan berat pertumbuhan daging ikan. Semakin kecil nisbah FCR semakin ekonomis ikan tersebut dipelihara.

Penamaan ikan lele Sangkuriang mengambil nama seorang anak dari cerita mitologi Sunda. Dalam cerita tersebut adalah seorang anak bernama Sangkuriang yang berhasrat mengawini ibunya sendiri. Mungkin karena hal itulah nama ikan lele Sangkuriang menjadi nama varietas lele hasil silang balik.

Ikan lele Sangkuriang II

Pada tahun 2010, BBPBAT kembali melakukan pengembangan terhadap ikan lele sangkuriang. Kali ini lembaga penelitian plat merah ini mengawinkan lele sangkuriang dengan lele dari sungai Nil, Afrika. Indukan jantan merupakan lele sangkuriang F6 sedangkan indukan betinanya F2 dari Afrika. Indukan dari Afrika ini bobot tubuhnya bisa mencapai 7 kg, diharapkan bisa mendongkrak sifat unggul bagi turunannya.

BBPBAT mengklaim lele sangkuriang II bisa tumbuh 10 persen lebih cepat dari generasi sebelumnya. Ukuran tubuhnya pun lebih bongsor dan yang terpenting lebih tahan terhadap penyakit.

×